Sastra adalah kegiatan kreaatif, sebuah karya seni (Wellek &
Warren, 1990:3). Dikatakan sebuah karya seni karena memiliki nilai keindahan
dalam karya tersebut. Para ahli mempersempit definisi dengan mengatakan bahwa
karya seni yang termasuk dalam karya sastra adalah karya yang berupa hasil
imajinasi atau menulis kreatif (Bachrudin, 2008:22).
NOVEL adalah salah satu jenis karyaa sastra yang memiliki karakter
tersendiri. Sebagai sebuah teks, novel pada dasarnya bersifat otonom untuk
melakukan dekontekstualisasi, baik dari sudut pandang sosiologis maupun
psikologis, serta untuk melakukan rekontekstualisasi secara berbeda di dalam
tindakan membaca.
Otonomi teks ada 3 macam, yaitu (1) intense atau maksud pengarang,
(2) situasi cultural dan kondisi social pengadaan teks, dan (3) untuk siapa
teks itu dimaksudkan. Setelah melakukan
kajian pada novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansa dengan menggunakan
yakni kajian structural maka diuraikan sebagai berikut:
1.
Tema
Tema
ialah inti atau ide dasar sebuah cerita.
Dari ide daasar itulah kemudia cerita dibangun oleh pengarangnya dengan
memanfaatkan unsure-unsur instrinsik seperti plot, penokohan, latar dll.
(Kosasih: 2006)
Salah
satu cara untuk mengetahui ide dasar dari prosa fiksi adalah dengan cara
menguraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita.
Pada
bagian pertama digambarkan suasana mushola yang sedang ramai karena ada
kegiatan latihan kasidah. Di luar mushola datanglah seorang anak lelaki yang
begitu menggebu ingin melihat wajah gadis belia berkerudung biri dengan bibir
merah kepundung yang tiada lain adalah Safitri. Anak lelaki itu bernama
Mukimin, dengan membawa rasa penasaran yang menggebu dia lewati semua rintangan
yang beresiko, berada mengendap-endap di bawah kandang kambing yang baud an
tanah yang becek hanya untuk mengintip Safitri dari balik kaca nako mushola.
Pada
bagian kedua. Meski diawali dengan penggambaran kondisi desa Cikedung
dan Indramayu, namun disitulah cinta mulai bersemi. Mukimin mulai melancarkan
aksinya untuk mendapatkan hati Safitri.
Bagian
ketiga menggambarkan tentang hobi Safitri dan latar belaakang ibu bapak
Safitri dan H. Nasir. Namun di bagian ketiga juga digambarkan bagaimana Mukimin
menjadi semakin menggila pada sosok Safitri.
Pada
bagian ketiga puluh menggambarkan tentang kondisi Safitri yang kian
tertekan. Ia makin murung. Sudah tak ada lagi tempat yang aman untuk Safitri di
desanya. Pada akhirnya ia memutuskan
pergi dari rumaah dengan membawa badan yang sedang mengandung.
Pada
bagian teraakhir, bagian ketiga puluh satu. Menghadirkan sebuah
pembelaan tokoh Didi kepada Safitri dan menambah teka teki perihal orang yang
telah menghamili Safitri pada lima bulan yang lalu.
Novel
yang cukup apik mendeskripsikan kondisi cultural dan social masyarakat
Indramayu ini mengangkat tema percintaan dengan latar realitas kehidupan
masyarakat pantura yang kumuh, miskin dan berada dalam kubangan kejumudan.
Sosok Safitri benar-benar menjadi pusat perhatian di tengah masyarakat, dimana
safitri yang dicintai oleh kedua adik kakak anak H. Nasir yaitu Mukimin
(Muhaimin) dan Mushtafa. Selain itu ada sosok Saprudin dan Didi yang diam-diam
menyukainya. Meskipun dari sekian laki-laki yang mencintainya, Saafitri hanya mencintai
Mukimin karenaa kepolosan, kekonyolan dan ketololannya yang membuat ia
terkesan.
Kutipan 1
“Dari semua orang yang mencintai
Safitri, Mukiminlah yang paling membekas di hatinya. Sikap konyol dan tolol
Mukimin yang selalu membuat Safitri tertawa.” (halaman 239)
2.
Alur
Alur
pada novel ini menggunakan alur campuran. Pada bagian awal memang menggunakan
alur maju. Namun di satu sisi penulis juga memaparkan kisah masa lalu dari
beberapa tokoh pada novel ini.
Kutipan 1
“Sesosok wajah gelap itu seperti dipaksa
bangkit dari kubur masa lalunya. Lima bulan ia berusaha melupakan, meskipun
sesekali masih ada bayangan melintas di kepalanya. Sekarang ketakutan-ketakutan
yang pernah dibayangkannya muncul. Mata-mata itu telah menelanjanginya dengan
sorotan sinis dan sarat caci makian” (halaman 223)
3.
Penokohan
Tokoh
dan karakter dalam novel Kelir Slindet disajikan oleh penulis dengan dua
metode, metode langsung atau disebut metode analitik. Yang kedua metode tak
langsung atau disebut metode dramatic.
SAFITRI
Tokoh yang
menjadi pusat perhatian dalam novel ini sesungguhnya adalah Safitri. Seorang
gadis belia desa Cikedung berumur 14 tahun anak dari pasangan Saritem dan
Sukirman. Kehadiran Safitri di Cikedung banyak menarik perhatian warga,
terutama anak-anak muda yang mencari cinta.
Safitri terbilang
gadis yang tabah meskipun ia harus menanggung beban hokum social ibu bapaknya
yang memiliki kelakuan tidak terpuji sebagai seorang telembuk dan tukang
mabuk.
Safitri juga
menanggung beban harapan dan cita-cita ibunya agar dapat dipinang oleh anak
keluarga H. Nasir juga diharapkan menjadi artis dangdut tarling terkenal.
Safitri juga
dihadapkan dalam dilemma besar harus dicintai oleh kakak beradik anak H. Nasir
yaitu Mukimin dan Musthafa. Meskipun ia lebih memilih Mukimin adik Mushtafa
yang tololl dan tengil. Ketimbang Mushtafa yang juga guru ngaji dan pimpinan grup
kasidah di mushola tempat Safitri biasa beraktifitas.
Cinta Safitri dan
Mukimin memang sulit bersatu karena keadaan yang tidak memungkinkan. Pertama
karena dendam kedua orang tua dari kedua belah pihak, dan lagi Mukimin masih
belia dan belum siap menikahi Safitri.
Bukan karena
fitnah, caci maki dan cibiran masyarakat tentang kedua orang tuanya yang
membuat safitri berubah menjadi diri orang lain, tapi yang membuat Safitri
dilanda dalam kebimbangan adalah setelah Safitri dihamili oleh orang misterius.
Sejak itulah ia berubah, lebih berani tampil di panggung tarlingan dengan
centil, manja kepada para penggemarnya dan memberontak kepada orang tuanya.
Diawal cinta
bersemi dari dangdut kasidah hingga pergi membawa beban haram jadah.
Tokoh-tokoh lain yang mendukung:
MUKIMIN, MUSHTAFA, SARITEM, SUKIRMAN,
H. NASIR, SAPRUDIN, CASTA, KARTAM, BEKI, DIDI DLL
4.
Latar
Latar
adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun
peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis (Aminudin, 2010:
67).
Di
dalam novel ini, penulis banyak menceritakan tempat-tempat yang mendeskrpsikan
kondisi geografis desa Cikedung dan Indramayu pada umumnya. Seperti hamparan
sawah, parit, jalanan kampong, perkampungan, pasar, makam, warung
remang-remang, rel kereta api dll dengan sangat detil.
Kutipan 1
“Cikedung adalah desa yang terletak
di sebelaah barat kota Indramayu, kira-kira 20 kilo dari jalan pantura, Losarang.
Hampaan sawah yang hanya dibatasi kubah langit yang melengkung dan rimbun
pohonan yang menyerupai semak-semak, parit-parit di pinggir sawah,
sungai-sungai yang membelah jalan, pohon-pohon pisang yang berderet di tepian
parit, bau tanah yang basah yang menguar dari sawah, kampong-kampung kecil, dan
sampai pada pasar kecil bernama Terisi. Sekitar 3 kilo ke timur dari terisi,
disitulah letak kampong kami.” (Halaman 9)
Selain
tempat yang disajikan secaara detil, suasana pun dibangun dengan cukup imajinatif
dengan menggunakan gaya bahasa indah dan berbunga-bunga, semaam mengobati
kegersangan pada situasi dan kondisi tempat yang sesungguhnya. Seperti suasana
pada saat di mushola, suasana pada saaat di sekitar warung remang-remang,
suasana riuh dangdut tarlingan, suasana mencekam maupun suasana lain yang
dibangun guna mendukung penggambaran cerita.
Kutipan 2
“Angin kumbang semakin menusuk kulit.
Terdengar suara merayap-rayap dalam gelap, kadang timbul, kadang hilang bersama
angin. Di samping tempat mereka berdiri, tampak pohon-pohon besar menjulang ke
langit yang hitam. Seperti menara yang mati ditinggalkan masa kejayaan. Ada
bias cahaya yang menerabas semak-semak yang mengelilingi pemakaman itu.”
(Halaman 31)
Peristiwa
satu dengan peristiwa yang lainnya pun dibangun penulis sehiingga pembaca
benar-benar merasakan situasi yang ada, bukan hanya menjadi tahu tapi turut
andil dalam dilemma yang disajikan penulis dalam karyanya.
Kutipan 3 halaman 225
5.
Sudut Pandang
Sudut
pandang atau point of view cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita
yang dipaaparkannya (Aminudin, 2010:90).
Dalam
novel ini, bisa dikatakan bahwa sudut pandang yang digunakan adalah pengarang
sebagai pelaku ketiga yang serba tahu. Pengarangan sebagai pengamat dan
pengisah yang serba tahu tentang cirri-ciri fisikal, psikologis maupun kadar
nasib yang nanti dialami oleh pelaku.
6.
Amanat
Amanat
adalah pesan yang disampaikan pengarang terhadap pembaca melalui
tulisan-tulisannya, agar pembaca bisa menarik kesimpulan dari apa yang telah
pembaca nikmati (Kosasih: 2006).
Amanat
dari novel Kelir Slindet tidak dinyatakan secara eksplisit. Pengaarang sengaja
memberikaan hak otonom kepada pembaca untuk masing-masing menyimpulkan amanat
yang terkandung dalam novel. Penulis
tidak mengatakan yang hitam itu jelek dan yang putih itu baik. Tidak ada
penghakiman yang diperankan oleh penulis. Semua berjalan apa adanya.